Warung Bebas

Jumat, 18 Mei 2012

Permainan Tradisional VS Game Online

Suatu sore, ketika menengok kampung halaman di wilayah pelosok desa di bagian timur Yogya, kami tertegun menyaksikan kelompok anak sedang bermain di sawah yang mulai mengering. Kilauan matahari senja itu terasa hangat menorobos pepohonan di pinggir sawah membentuk siluet yang indah. Kami sengaja menghentikan kendaraan dan memperhatikan anak -anak yang sedang asyik bermain itu.


Angan kami pun melayang menerobos masa kecil seusia mereka. Benthik, ya permainan itu pernah kami nikmati waktu kecil. Permainan sederhana dan menantang itu biasanya dimainkan secara beregu atau berkelompok. Tiap regu terdiri dua anak atau lebih. Makin asyik jika dimainkan banyak anak. Hampir tidak ada anak yang tak gembira, semuanya senang dan enjoy meskipun peluh bercucuran di sekujur tubuh mereka. Mereka sampai tidak menyadari jika sang surya bersembunyi di balik punggung gunung.

Sepanjang pengamatan kami, dari awal sampai akhir permainan semua anak gembira meski wajah mereka lelah. Bahkan, setelah selesai pun mereka kompak . Hal itu sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi anak - anak seusia mereka di perkotaan. Terbatasnya ruang publik untuk anak dan tinginya tuntutan ekonomi serta kemajuan teknologi membawa nasib anak - anak di perkotaan terjebak pada suatu keadaan serba instan, materialistis dan individualis.

Waktu mereka tersita untuk kegiatan belajar tambahan di luar sekolah atau mereka habiskan waktu di warnet yang menyediakan game online. Ada pula yang bermain  play station di rumah. Wahana sosialisasi yang terbatas itu tampaknya cukup memberi andil dalam membentuk karakter anak. Sifat materialistis dan individualistis pun menjangkiti anak secara pelan namun pasti, sehingga sangat mungkin kenakalan remaja di perkotaan yang berwujud vandalisme, anarkis, tawuran, bulying, dll merupakan akumulasi kejenuhan dan minimnya media sosialisasi positif untuk membentuk karakter anak.

Sebagai pamong pendidik, kami pantas prihatin jika generasi muda saat ini sebagai penerus bangsa memiliki mental dan perilaku brutal, vandal dan anarkis. Jika demikian mau dibawa kemana negeri ini. Kami menyadari tidak cukup hanya dengan prihatin, namun perlu dilakukan langkah nyata agar kondidi saat ini tidak berlarut dalam keterpurukan. Oleh karena itu kami mengetengahkan beberapa alternatif yang sekiranya dapat dilakukan untuk meredukdi dampak buruk tersebut.

Pertama, sinergi Tri Pusat Pendidikan perlu diintensifkan. Karena pendidikan merupakan wahana paling baik untuk membentuk jiwa anak. Hal; tersebut dapat dilakukan dengan banyak memberikan keteladanan kepada siswa. Orang tua di rumah pun perlu meningkatkan perhatian kepada anaknya terkait kemajuan teknologi. Fenomena yang ada, terkadang orang tua kurang selektif dalam memenuhi kebutuhan anak khususnya yang berhubungan dengan teknologi informasi. Kadang orang tua hanya menuruti kemauan anak untuk membeli HP ini-itu, tetapi orang tua tidak tahu spesifikasi bahkan cara menggunakannya, sehingga anak melakukan apa saja dengan HP yang dimilikinya tanpa sepengetahuan orang tua.

Kalau boleh kami usul, sebaiknya ada regulasi yang mengatur penggunaan HP khususnya untuk anak - anak. Karena, meskipun HP bukan barang mewah lagi bagi masyarakat kita, namun perlu dipikirkan bersama betapa besar dampak negatif yang ditimbulkan.

Kedua, stop permisifisme masyarakat. Jika tidak, siapa lagi yang akan memberi teladan atau setidaknya mengingatkan generasi muda. Akhir - akhir ini berkembang sikap permisif atau terkesan cuek, membiarkan saja apa yang terjadi atau berlalu tanpa ada pemikiran mendalam terhadap masa depan.

Ketiga, ciptakan ruang publik yang baik di daerah perkotaan dan hidupkan kembali permainan - permainan tradisional yang sarat budi pekerti dan membina sportivitas serta membangun daya juang anak.

Semoga uraian diatas dapat dijadikan renungan bersama, sehingga kearifan yang terkandung dalam permainan anak semacam benthik, gobag sodor, jamuran, dll, dapat diejawantahkan dalam kehidupan sehari - hari, bukan play station yang jadi primadona.

0 komentar em “Permainan Tradisional VS Game Online”

Posting Komentar

 

DEWASA Copyright © 2012 Fast Loading -- Powered by Blogger